LONDON - Orang yang mempunyai kekayaan lebih selalu mempunyai stigma sebagai orang kaya yang sombong. Walaupun tidak bisa disamaratakan, dari sebuah survei menyebutkan bahwa kebanyakan orang kaya adalah tipe orang yang sombong dan tidak berempati.
Menurut psikolog dan ilmuwan social Dacher Keltner dalam studinya menyebutkan, kebanyakan orang kaya terobsesi pada dirinya sendiri dan selalu berpikir untuk memperkaya dirinya sendiri. Sehingga ini yang menyebabkan orang yang banyak hartanya tersebut kurang berempati pada lingkungan sekitarnya.
"Ada yang menarik dari studi ini, karena kebanyakan dari orang kaya mempunyai ideologi tertarik pada diri sendiri dan cenderung berpikir hanya orang kaya bisa membantu orang lain," terang Keltner, seperti yang dilansir melalui DailyMail, Selasa (16/8/2011).
Dalam melakukan studinya, Keltner sendiri telah melakukan beberapa pengujian dalam bentuk wawancara dan pengamatan, seperti mempelajari pengukuran empati, perilaku sosial dan kisah sehari-harinya.
Ditambahkan olehnya, kekayaan, pendidikan dan gengsi yang lebih tinggi membuat hidup membuat mereka bebas untuk hanya mengkhawatirkan diri mereka sendiri. Bahkan untuk menguatkan studinya tersebut, Keltner merekam video beragam percakapan orang.
Di video tersebut ditunjukkan pada orang kaya, mereka cenderung mudah terganggu, memeriksa ponsel, dan menghindari kontak mata. Sedangkan mereka yang berpenghasilan lebih rendah lebih sering melakukan kontak mata pada orang yang mereka ajak bicara dan menunjukkan sinyal tertarik diajak berbicara, termasuk menganggukkan kepala.
Menurut psikolog dan ilmuwan social Dacher Keltner dalam studinya menyebutkan, kebanyakan orang kaya terobsesi pada dirinya sendiri dan selalu berpikir untuk memperkaya dirinya sendiri. Sehingga ini yang menyebabkan orang yang banyak hartanya tersebut kurang berempati pada lingkungan sekitarnya.
"Ada yang menarik dari studi ini, karena kebanyakan dari orang kaya mempunyai ideologi tertarik pada diri sendiri dan cenderung berpikir hanya orang kaya bisa membantu orang lain," terang Keltner, seperti yang dilansir melalui DailyMail, Selasa (16/8/2011).
Dalam melakukan studinya, Keltner sendiri telah melakukan beberapa pengujian dalam bentuk wawancara dan pengamatan, seperti mempelajari pengukuran empati, perilaku sosial dan kisah sehari-harinya.
Ditambahkan olehnya, kekayaan, pendidikan dan gengsi yang lebih tinggi membuat hidup membuat mereka bebas untuk hanya mengkhawatirkan diri mereka sendiri. Bahkan untuk menguatkan studinya tersebut, Keltner merekam video beragam percakapan orang.
Di video tersebut ditunjukkan pada orang kaya, mereka cenderung mudah terganggu, memeriksa ponsel, dan menghindari kontak mata. Sedangkan mereka yang berpenghasilan lebih rendah lebih sering melakukan kontak mata pada orang yang mereka ajak bicara dan menunjukkan sinyal tertarik diajak berbicara, termasuk menganggukkan kepala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar