Posts Subscribe to This BlogComments

Follow Us

Minggu, 21 Agustus 2011

Waspada Anak Terjebak Narkoba

SERING kali orangtua menutup mata atas permasalahan yang
layak mendapat perhatian.
Apabila Anda mencurigai anak
terlibat dalam penggunaan
obat-obatan terlarang
ataupun alkohol, jangan menampiknya. Anda malah harus sigap
mengambil tindakan sebelum
akhirnya menjadi masalah yang
lebih besar. “Saat usia anak
antara 13–18 tahun,
merupakan momen esensial bagi orangtua untuk terus
terlibat dalam kehidupan
anak,” kata Amelia M Arria
PhD, Direktur Pusat Kesehatan
dan Perkembangan Remaja di
Sekolah Kesehatan Masyarakat Maryland. Dikatakan Amelia, orangtua
bisa berpikir bahwa remaja
mereka yang mencoba
mengonsumsi minuman keras
merupakan suatu hal yang
lumrah. Sebab mereka pun ketika muda melakukan hal
yang sama. “Tapi perlu diingat,
risikonya lebih besar
sekarang,” katanya. Apalagi jika melihat dewasa ini
lebih banyak tersedia obat-
obatan baik yang legal maupun
ilegal, contohnya obat batuk
dengan kandungan DXM
(dextromethorphan) yang kini menjadi pilihan obat baru di
kalangan remaja. DXM mudah
didapat sementara remaja
maupun orang tua
meremehkan bahannya. Penelitian membuktikan 7-10
persen remaja di Amerika
Serikat dilaporkan
mengonsumsi obat batuk
untuk mendapatkan rasa
nyaman (high). Meskipun tidak berbahaya jika dikonsumsi
sesuai aturan, DXM dapat
menyebabkan halusinasi yang
sama dengan penggunaan PCP
atau ketamine jika dikonsumsi
berlebihan. Efek samping lain, tidak
sadarkan diri, sakit perut, dan
muntah. Karenanya,
perhatikan gerak-gerik anak
yang tidak wajar. Seperti
perubahan sikap, penampilan, prestasi akademik, dan teman
bergaul. Jika Anda menemukan kemasan
kosong obat batuk atau ada
obat yang hilang di lemari P3K
di rumah, ataupun menemukan
pil, pipa, sampai kertas yang
digulung dan korek api, curigai anak menggunakan obat
terlarang. Waspadai tanda ini dengan
serius dan segera ambil sikap.
Demi mengetahui kelakuan
negatif anak, orangtua bisa
jadi lepas kendali. Berbagai
hukuman pun diberikan dan rumah kini tidak lagi terasa
nyaman. Sebaliknya, ada juga
orangtua yang justru
menghindari konflik karena
takut si anak akan lari dari
rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 

Fan Page

Label