Posts Subscribe to This BlogComments

Follow Us

Sabtu, 03 September 2011

Orang Stres Giginya Lebih Cepat Ompong

Kondisi mental dan kejiwaan seseorang
juga dapat mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut.
Seseorang yang memiliki
masalah kejiwaan alias stres 3
kali lebih berisiko mengalami gigi tanggal dan 6 kali lebih rentan
mengalami gigi keropos. Para ilmuwan dari University of
Queensland mengungkap hal itu
setelah menganalisis 14 hasil
penelitian yang dilakukan dalam
20 tahun terakhir. Hampir
semuanya menunjukkan hubungan yang konsisten
antara risiko gigi tanggal
dengan kesehatan mental. Dari sekitar 2.784 partisipan
yang terlibat dalam penelitian
tersebut, bebagai masalah
kejiwaan terbukti meningkatkan
risiko ompong atau kehilangan
seluruh giginya hingga 3,4 kali lipat. Sedangkan risiko gigi
berlubang maupun tanggal
sebagian meningkat 6,2 kali
lipat. Orang-orang dengan masalah
kejiwaan baik berupa gangguan
bipolar, schizophrenia maupun
pikun lebih rentan kehilangan
sebagian giginya karena
tanggal. Hal ini menyiratkan bawah para dokter yang
menangani pasien seperti ini
bharus memberi perhatian
terhadap kesehatan gigi mulut. Menurut Prof Steve Kesley
yang memimpin penelitian ini,
ada beberapa hal yang
membuat orang-orang stres
lebih rentan mengalami gigi
ompong. Faktor pertama adalah kurangnya kesempatan bagi
para pasien untuk merawat dan
menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Berbagai masalah kejiwaan
berhubungan juga dengan
masalah tempat tinggal, dalam
arti cenderung tidak betah
berada di rumah. Karena jarang
pulang, maka orang-orang stres lebih sedikit punya waktu untuk
memberi perhatian lebih pada
kebersihan giginya. Faktor lain yang juga
berpengaruh adalah efek
samping pengobatan, karena
beberapa obat antidepresan
dapat menekan produksi air liur.
Jika produksi air liur berkurang, kondisi kesehatan gigi juga ikut
menurun sehingga mudah
keropos dan tanggal. "Mereka juga cenderung tidak
mau bertemu dengan dokter
gigi karena takut dengan
perawatannya. Bisa juga karena
khawatir dengan biayanya yang
bisa bikin tambah stres," ungkap Prof Kisley dalam
laporannya dalam British Journal
of Psychiatry sperti dikutip dari
Medicalnewstoday, Sabtu
(3/9/2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 

Fan Page

Label