CALIFORNIA - Spekulasi yang menyebutkan peradaban bakal berakhir pada 2012 tidaklah benar. Isu mengenai adanya bintang besar yang akan menyerang bumi di tahun 2012 belum bisa dibuktikan.
Para peneliti berpendapat, saat ini tidak ada dokumentasi dalam penelitian yang mampu mengidentifikasi jenis ancaman yag terlihat sebesar itu. Mereka yang berpendapat bahwa bintang ini nyata dan mampu menarik asteroid masuk ke dalam tata surya sama sekali tidak memiliki bukti hingga kini.
Ketika gagasan mengenai Nemesis pertama kali muncul, gagasan ini digunakan untuk menjelaskan apa yang para ahli sebut sebagai periodisitas kepunahan massal di Bumi. Dengan kata lain, setelah menganalisis interval di mana ada lima gejala mengenai terjadinya peristiwa kepunahan besar, para ilmuwan ini berpikir bahwa mereka telah melihat sebuah pola. Demikian seperti dikutip Softpedia, Rabu (10/8/2011).
Namun sampai hari ini belum ada yang mampu menunjukkan bukti bahwa Nemesis mengorbit di Awan Oort komet, beberapa astronomical units (AU) dari Matahari. AU sendiri adalah jarak rata-rata antara Matahari dan Bumi, yaitu sekira 93 juta mil.
Para pemikir yang mendukung teori Nemesis menyatakan bahwa objek tersebut mengorbit sangat jauh dari matahari, namun entah bagaimana benda yang cukup besar tersebut bisa menyenggol komet. Objek diyakini bertanggung jawab atas komet yang secara berkala dikirim ke tata surya yang merupakan bagian dari awan.
Bailer-Jones (astronomi di Heidelberg) menggunakan alat statistik yang dikenal sebagai analisis Bayesian untuk mempelajari tingkat di mana peristiwa kepunahan massal terjadi selama 250 juta tahun terakhir, tetapi semuanya tidak dapat menemukan jenis pola yang dapat mengindikasikan adanya Nemesis.
Sama seperti teori konspirasi yang diusulkan planet Nibiru, Nemesis tampaknya menjadi isapan jempol dari imajinasi seseorang. Jika salah satu dari dua benda benar-benar ada, ini merupakan kemustahilan astronomi, karena kedua benda tersebut harusnya sudah terdeteksi sejak lama.
"Dari catatan, tidak ada bukti untuk Nemesis. Sesuatu yang tersisa adalah pertanyaan menarik atau tidak adanya dampak yang sering terjadi selama 250 juta tahun terakhir," simpul Bailer-Jones.
sumber : oke zone
Para peneliti berpendapat, saat ini tidak ada dokumentasi dalam penelitian yang mampu mengidentifikasi jenis ancaman yag terlihat sebesar itu. Mereka yang berpendapat bahwa bintang ini nyata dan mampu menarik asteroid masuk ke dalam tata surya sama sekali tidak memiliki bukti hingga kini.
Ketika gagasan mengenai Nemesis pertama kali muncul, gagasan ini digunakan untuk menjelaskan apa yang para ahli sebut sebagai periodisitas kepunahan massal di Bumi. Dengan kata lain, setelah menganalisis interval di mana ada lima gejala mengenai terjadinya peristiwa kepunahan besar, para ilmuwan ini berpikir bahwa mereka telah melihat sebuah pola. Demikian seperti dikutip Softpedia, Rabu (10/8/2011).
Namun sampai hari ini belum ada yang mampu menunjukkan bukti bahwa Nemesis mengorbit di Awan Oort komet, beberapa astronomical units (AU) dari Matahari. AU sendiri adalah jarak rata-rata antara Matahari dan Bumi, yaitu sekira 93 juta mil.
Para pemikir yang mendukung teori Nemesis menyatakan bahwa objek tersebut mengorbit sangat jauh dari matahari, namun entah bagaimana benda yang cukup besar tersebut bisa menyenggol komet. Objek diyakini bertanggung jawab atas komet yang secara berkala dikirim ke tata surya yang merupakan bagian dari awan.
Bailer-Jones (astronomi di Heidelberg) menggunakan alat statistik yang dikenal sebagai analisis Bayesian untuk mempelajari tingkat di mana peristiwa kepunahan massal terjadi selama 250 juta tahun terakhir, tetapi semuanya tidak dapat menemukan jenis pola yang dapat mengindikasikan adanya Nemesis.
Sama seperti teori konspirasi yang diusulkan planet Nibiru, Nemesis tampaknya menjadi isapan jempol dari imajinasi seseorang. Jika salah satu dari dua benda benar-benar ada, ini merupakan kemustahilan astronomi, karena kedua benda tersebut harusnya sudah terdeteksi sejak lama.
"Dari catatan, tidak ada bukti untuk Nemesis. Sesuatu yang tersisa adalah pertanyaan menarik atau tidak adanya dampak yang sering terjadi selama 250 juta tahun terakhir," simpul Bailer-Jones.
sumber : oke zone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar